Jumat, 24 April 2009

Sistem Transportasi di DKI Berorientasi Proyek

[JAKARTA] Pembangunan sistem transportasi di Jakarta hingga saat ini dinilai sejumlah kalangan masih berorientasi pada proyek. Seperti halnya proyek prestisius monorel yang hingga kini arahnya semakin tidak jelas.

Hal itu diungkapkan pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna dalam diskusi Publik Hari Bumi dengan tema Menyelamatkan Jakarta dan Kegagalan Sistem Transportasi di Jakarta, Rabu (22/4).

"Lihat saja proyek busway. Setelah itu ada proyek monorel yang diwacanakan dan busway ditelantarkan. Setelah monorel, ada lagi proyek yang lebih besar yaitu MRT (mass rapid transit). Pemprov seharusnya fokus mengembangkan yang sudah dikerjakan terlebih dulu," ujar Yayat.

Yayat menegaskan, sistem yang sudah berkembang selama ini sebaiknya tetap dikelola sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Dia juga meminta tidak menelantarkan monorel yang fondasinya telah dibangun.

"Proyek itu (monorel, Red) harus diteruskan karena akan jadi preseden buruk bagi investasi di Indonesia. Kalau proyek itu benar-benar gagal, masyarakat akan menilai pemprov tidak serius dalam mengembangkan transportasi yang nyaman dan aman," katanya.

Senada dengan Yayat, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bambang Susantono menyarankan, Pemprov untuk mulai memikirkan sebuah sistem transportasi yang aman, nyaman, dan terintegrasi dengan transportasi lain.Dengan demikian, masyarakat bisa memperkirakan waktu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain.


Hasil Survei

Bambang menyebutkan, menurut hasil survei Studi Masterplan Bodetabek oleh konsultan Jepang JICA, 30 persen dari pendapatan warga Jakarta terserap untuk biaya transportasi.

"Proporsi untuk biaya transportasi tersebut bertambah besar untuk masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Sekitar 60 persen pengguna jalan di Jakarta berhenti dan sisanya bergerak dalam perjalanan," ujar Bambang dalam acara diskusi publik itu.

Bambang menyarankan agar pemprov segera mengintegrasikan busway dengan kereta api commuters (Depok Ekspres, Bogor Ekspres, Bekasi Ekspres) dengan sistem satu tiket.

Bambang juga mengkritik Pemprov DKI yang terlalu banyak berkutat pada wacana. "Sistem transportasi yang ada seharusnya, menurut dia, bukanlah ditelantarkan namun harus terus dikembangkan. Pemprov terlalu banyak berkutat pada wacana," ujarnya.

Dia mencontohkan, busway sudah berkembang, tapi kondisinya saat ini juga tidak jauh berbeda dengan bus umum. Lalu waterway tak jelas rimbanya dan kini muncul MRT.

"Akhirnya, warga Jakarta lebih banyak memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi karena dinilai lebih aman, efisien dan praktis. Jadi, jangan salahkan pilihan masyarakat yang berprinsip myway," katanya.[HTS/U-5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar