Senin, 27 Juli 2009
Sabtu, 11 Juli 2009
Proposed: Vertical Kampung, Jakarta
“Jakarta bersih!” Our IABR Gotong Royong competition’s 1st prize winning design deals with big issues like overpopulation, poverty and pollution. Vertical kampungs are placed on top of waste processing machines. These buildings are located in between the higways of Jakarta’s business district and the Kampungs. Big billboards pay the project: commerce as charity. The project expresses the two faces of Jakarta and demonstrates how the poor and the rich can mutually benefit. Parts of the overpopulated kampungs will be relocated so space for green areas is created. Recycling and composting by the inhabitants of the kampungs can clean up the city and provide income for the poorest.
Jumat, 10 Juli 2009
Letters: Visa-on-arrival at Soekarno-Hatta
Tue, 05/12/2009 2:02 PM | Reader's Forum
If Indonesia is serious about wanting to attract more tourists and investors, wouldn't it be a good idea to improve the visa-on-arrival system at Soekarno-Hatta airport?
The current system is frankly very annoying to visitors, and gives an unfortunate first impression of the country. And we all know how important first impressions are!
This is how the system currently works:
The visitor goes first to a payment booth, queues up, and pays the visa fee to a cashier.
The cashier issues a receipt. Next, the visitor goes to the next-door booth to submit his passport together with the receipt to an Immigration officer.
The Immigration officer scans the passport, prints out a visa, carefully glues it into the passport, and hands it back. The visitor then has to queue up again at passport control.
At passport control, a second immigration officer inspects the passport, checks that the visa is in the passport, and stamps the passport.
In other words, the visa which the first officer sticks in to the passport is inspected by the second one just a short distance away - and is then never used again. To make matters worse, each visa takes up a whole page of the passport.
This means that people who might otherwise make frequent visits (such as high-spending tourists, prospective investors, or businessmen looking to source supplies in Indonesia) are put off from doing so, simply because they don't want to have to renew their passports before they expire.
So why not simplify the whole process by just having the visitor pay the cashier, take the receipt and hand it over to the officer at the passport control desk (which in fact is more or less what is already done at Denpasar airport and at the Bintan ferry terminal)? That way, a lot of time would be saved, passport pages wouldn't be wasted and the first impression of the country would be positive instead of negative.
Even better, why not set up a system for visitors to pay for their visas on arrival together with their airline tickets, before they even arrive in Indonesia? Then they would only have to queue once after landing - just as they do in most other countries!
Oliver Wright
Singapore
If Indonesia is serious about wanting to attract more tourists and investors, wouldn't it be a good idea to improve the visa-on-arrival system at Soekarno-Hatta airport?
The current system is frankly very annoying to visitors, and gives an unfortunate first impression of the country. And we all know how important first impressions are!
This is how the system currently works:
The visitor goes first to a payment booth, queues up, and pays the visa fee to a cashier.
The cashier issues a receipt. Next, the visitor goes to the next-door booth to submit his passport together with the receipt to an Immigration officer.
The Immigration officer scans the passport, prints out a visa, carefully glues it into the passport, and hands it back. The visitor then has to queue up again at passport control.
At passport control, a second immigration officer inspects the passport, checks that the visa is in the passport, and stamps the passport.
In other words, the visa which the first officer sticks in to the passport is inspected by the second one just a short distance away - and is then never used again. To make matters worse, each visa takes up a whole page of the passport.
This means that people who might otherwise make frequent visits (such as high-spending tourists, prospective investors, or businessmen looking to source supplies in Indonesia) are put off from doing so, simply because they don't want to have to renew their passports before they expire.
So why not simplify the whole process by just having the visitor pay the cashier, take the receipt and hand it over to the officer at the passport control desk (which in fact is more or less what is already done at Denpasar airport and at the Bintan ferry terminal)? That way, a lot of time would be saved, passport pages wouldn't be wasted and the first impression of the country would be positive instead of negative.
Even better, why not set up a system for visitors to pay for their visas on arrival together with their airline tickets, before they even arrive in Indonesia? Then they would only have to queue once after landing - just as they do in most other countries!
Oliver Wright
Singapore
Aceh Bangun Jalan Tol Senilai Rp 35 Triliun
BANDA ACEH, KOMPAS.com — Pemerintah berencana untuk memulai pembangunan jalan bebas hambatan (tol) pada pertengahan tahun 2010 mendatang. Jalan yang akan menghubungkan Banda Aceh-Medan, Sumatera Utara, itu diperkirakan menghabiskan dana Rp 35 triliun.
"Beberapa calon investor sudah tertarik untuk menangani pembangunan ini, seperti dari Jerman, Belanda, dan Korea Selatan," kata Kepala Bidang Infrastruktur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NAD Hamdani, di sela-sela diskusi tentang penataan ruang Aceh di ruang serba guna Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi NAD di Banda Aceh, Kamis (2/7).
Hamdani mengatakan, proyek pembangunan jalan bebas hambatan sepanjang lebih kurang 400 kilometer itu merupakan bagian dari program pembangunan jalan bebas hambatan di Pulau Sumatera yang dicanangkan Kementerian Pekerjaan Umum. Jalan bebas hambatan itu merupakan bagian dari proyek besar Pemerintah Indonesia untuk masyarakat yang tinggal di Pulau Sumatera.
Lebih lanjut, Hamdani mengatakan, proyek pembangunan jalan itu sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2008 lalu dengan mengerjakan studi kelayakan. Sampai tahun 2010, proses pengerjaan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan juga terus dikerjakan.
"Ini sudah menjadi bagian dari proyek nasional dan tercantum dalam rencana tata ruang dan tata wilayah Pulau Sumatera. Jadi, ini program nasional," ujarnya.
Hamdani menyatakan, Pemerintah Provinsi NAD sendiri sudah berinisiatif untuk melakukan pembebasan lahan. Dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja Aceh (RAPBA) tahun 2010 mendatang, Bappeda telah mencantumkan rencana pembiayaan untuk menalangi pelaksanaan pembebasan lahan di daerah-daerah yang akan dilintasi oleh proyek ini.
Posted by DJ_Archuleta (ssci)
Signum Place Office Tower
30 & 20 Floor Office
Architect: URBANE
est. construction on Q1-2010.
Location: Jl. TB Simatupang, Pondok Pinang - Jakarta
A new property development company spearheaded by a young entrepreneur wanted to make a grand entrance into the country's property industry.
Signum Development is a company with a philosophy and vision.
Signum Development believes in quality and value. The identity is sleek, young, dynamic and contemporary, which is the reflection of the company spirit.
Although relatively new player, the company is already have an exciting project in the pipeline which set to breaks cover later this year.
With a vast amount of landbank in the prime area in the capital's CBD and surrounding suburb, Signum Development is poised to become a major player in the property market in 10 years time.
Originally posted by g4brielle (SSCI)
Rabu, 10 Juni 2009
Pembangunan JSS bukan sekedar proyek mercusuar
Pembangunan JSS bukan sekedar proyek mercusuar, tapi ini merupakan proyek yang bernilai strategis nasional dengan multi fungsi. Selepas penandatangan MOA 3 Oktober 2007 banyak berita yang berhubungan dengan proyek JSS. Berita-berita tersebut dikelompokkan dalam Dukungan Pemerintah baik pusat dan daerah, Seputar Pelabuhan Merak, Situasi Alam Selat Sunda, Kawasan Selat Sunda, Proyek Suramadu dan Proyek Infrastruktur Luar Negeri. Dua yang terakhir bisa dilihat sebagai proses pembelajaran dalam merealisasikan proyek JSS.
1. Dukungan Pemerintah
Bagi daerah khususnya Provinsi Banten dan Lampung, kehadiran proyek JSS sangat diharapkan. Gubernur Banten memohon agar Pemerintah Pusat memberi perhatian khusus untuk proyek JSS (Indo Pos – 25/4/2007). Gubernur Lampung mengharapkan penanaman tiang pancang di Pulau Sangiang bisa dilaksanakan pada awal Januari 2009 (Republika – 6/5/2008), karena akan memberikan efek positif bagi perekonomian Lampung (Rakyat Merdeka – 7/5/2008). Sebelum ini, Gubernur se Sumatera – ketika bertemu dengan Gubernur SBY -- menyepakati pendanaan pembangunan JSS senilai Rp. 90 trilyun tanpa membebani APBN (Investor Daily – 5/3/2008).
Dukungan pemerintah – di tengah keterbatasan dana APBN – dari pemerintah pusat masih lebih banyak pada dukungan moral. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyadari JSS akan mendukung pertumbuhan ekonomi, tapi mengingatkan pula harus ekonomis (Kompas, Media Indonesia & Sinar Harapan - 18/10/2007). Investasi yang besar dari proyek tersebut, membuat pemerintah sangat mengharapkan swasta bisa danai sepenuhnya dalam skema PPP, pemerintah berperan sebagai penjamin proyek dan akan melakukan kajian mengenai kelayakan proyek dari sisi bisnis, masa konsensi dan tarif (Bisnis Indonesia, Investor Daily dan Kompas – 25/4/2007).
Pemerintah juga akan membentuk badan – keanggotaannya lintas sektoral -- yang bertugas menampung setiap usulan dan berbagai permasalahan yang terkait dengan percepatan pembangunan JSS (Investor Daily – 7/4/2008). Selanjutnya pemerintah akan memberikan kompensasi yang menguntungkan bagi investor yang bersedia menanamkan modalnya dalam pembangunan JSS (Business News – 12/4/2008) dan akan menerbitkan beleid untuk pengelolaan lahan di wilayah Provinsi Banten dan Lampung pada ujung JSS (Kontan – 30/4/2008), serta akan membentuk TIM Kajian JSS yang selama setahun akan mengkaji prospek JSS (Investor Daily – 5/5/2008).
2. Seputar Pelabuhan Merak
Ada 4 (empat) hal yang bisa terlihat pada seputar Pelabuhan Merak yaitu Kemacetan, Dermaga Merak, Kapal Roro & Kapal Cepat, dan Tarif Penyeberangan.
2.1 Kemacetan
Salah satu alasan pembangunan JSS adalah mengatasi kemacetan yang terjadi pada penyeberangan terpadat di dunia. Dua tahun terakhir ini kemacetannya semakin parah. Setelah kemacetan pada Lebaran 2007, Pelabuhan Merak mengalami kemacetan, antrean truk menunggu giliran selama 6-48 jam pada 1-3 Desember (Kompas -3/12/2007). Memasuki pergantian tahun 2007, kemacetan kembali terjadi di Merak, dengan panjang antrean mencapai 4,5 km di luar pelabuhan (Kompas – 31/12/2007). Penyebabnya adalah gelombang tinggi di Selat Sunda sejak 26/12 (Suara pembaruan – 31/12/2007), yang mengakibatkan setiap kapal roro yang bersandar terlambat 60 menit (Indo Pos – 31/12/2007). Situasi ini baru normal setelah 18 kapal roro beroperasi (Suara Pembaruan – 7/1/2008).
Di tahun 2008, hampir setiap bulan tejadi kemacetan di Pelabuhan Merak. Di bulan Februari selama 2 hari (28-29) terjadi penumpukan kendaraan yang disebabkan kapal roro yang beroperasi hanya 14 kapal, dari seharusnya 18 atau 20 kapal (Suara Pembaruan – 29/2/2008). Di bulan Maret, liburan keagamaan (Maulid Nabi dan Wafat Yesus Kristus - 20-22/3) membuat antrean kendaraan sepanjang 6 km, yang disebabkan peningkatan kendaraan pribadi hingga 4000 unit (Suara Karya & Suara Pembaruan – 22/3/2008). Dampaknya berlangsung hingga 30/3 ditambah cuaca buruk, yang membuat terjadi antrean truk sepanjang 3 km (Suara Karya & Suara Pembaruan – 29 & 31/3/2008). Dua bulan kemudian terjadi antrean truk sepanjang 3 km (18-23/5), kali ini penyebabnya adalah perbaikan dermaga II (Suara Pembaruan – 21 & 24/5/2008). Liburan sekolah pertengahan Juni 2008 berdampak pada ramainya Pelabuhan Merak (Kompas – 23/6/2008 & Investor Daily – 25/6/2008) dan kembali terjadi penumpukan dan antrean sepanjang 6 km sejak 27/6 (Kompas -28/6/2008), sehingga PT ASDP Pelabuhan Merak mengutamakan angkutan penumpang dibanding truk (Bisnis Indonesia – 30/6/2008). Seminggu kemudian, masih karena faktor liburan panjang yang akan berakhir dan kapal roro yang beroperasi hanya 17 kapal, berdampak mobil antre 8 jam lebih dan ratusan truk antre sekitar 3 km dari luar pelabuhan (Kompas – 5 & 7/7/2008). Situasinya bertambah parah, dengan antrean sudah sepanjang 10 km dan butuh waktu 40 jam untuk lkapal (8-13/7. Tidak hanya supir truk yang mengalami kerugian, pengelola jalan tol rugi Rp. 400 juta (Koran Tempo – 13/7/2008). Antrean truk mulai mencair seiring habisnya liburan sekolah (Media Indonesia – 15/7/2008), tapi kembali terjadi antrean sepanjang 3 km akibat iklim yang tidak kondusif (Suara Pembaruan – 3/7/2008).
2.2 Dermaga Merak
Kondisi dermaga Pelabuhan Merak sepertinya sudah tidak memadai untuk menampung penggunanya, yang naik 3% untuk lalulintas kendaraan dan 5% untuk penumpang per tahunnya. Dalam momen tertentu seperti: libur sekolah, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru kerap menimbulkan Kemacetan dan antrean yang panjang. Awal tahun ini, Kementerian Negara BUMN meminta PT ASDP membangun dermaga baru seperti jalan tol dengan tarif lebih mahal untuk hindari antrean d Merak (Investor Daily – 8/1/2008 & Jurnal Nasional – 31/1/2008). Pembangunan dermaga – diharapkan dapat menampung 20% lalulintas -- menggunakan dana APBN 2009 dengan investasi Rp. 20 miliar. Pembangunan ini merupakan alternatif dikarenakan proyek Margagiri-Ketapang lambat (Bisnis Indonesia – 10/3/2008 & Jurnal Nasional – 25/3/2008). Pembangunan Lintas Margagiri-Ketapang diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp. 236,2 miliar. Dikhususkan untuk kapal dengan ketinggian muatan 4,2 meter. Saat ini telah pembebasan tanah dan diperkirakan selesai akhir 2008 (Investor Daily – 21/5/2008).
Di sisi lain, kondisi dermaga yang ada di antaranya sudah berusia tua. Kondisi ini ada pada Dermaga II, 11 tiang penyangga dolphin-nya telah berusia 20 tahun dan belum pernah diperbaiki sejak dibangun 1985 (Investor Daily – 6/5/2008 & Kompas – 14/5/2008)). PT ASDP berencana memperbaiki pada awal Mei (jadwalnya 11/5), tapi ditunda karena dikhawatirkan memicu penumpukan penumpang dan kemacetan arus kapal karena bersamaan liburan sekolah (Bisnis Indonesia – 6/5/2008). Perbaikan tersebut akhirnya dilakukan pada 18/5 hingga 2/6. Selama perbaikan, dermaga II akan ditutup, antisipasinya adalah memaksimalkan pengoperasian Dernaga I, III dan IV (Pelita, Rakyat Merdeka, Sinar Harapan & Suara Pembaruan – 13/5/2008).
Setelah Dermaga II, gilran Dermaga IV ditutup selama 4 hari (1-4/9) untuk dilakukan perbaikan. Penutupan ini telah membuat Merak kembali padat (Kompas – 4/9/2008), yang dapat diatasi dengan memperketat waktu sandar dan bongkar kapal (Kompas – 5/9/2008).
2.3 Kapal Roro & Kapal Cepat
Tidak dipungkiri bahwa kapal roro yang beroperasi pada lintasan Merak-Bakauheni sudah berusia tua, sehingga sering dilakukan docking, bahkan rusak kandas terseret arus seperti KMP Mentari Nusantara selama ½ jam di Pulau Merak Besar ketika hendak bersandar pada Dermaga III Merak (Suara Pembaruan – 15/7/2008).
Kondisi tersebut pada akhirnya berdampak menimbulkan kemacetan dan atrean. Sehubungan dengan itu, Dirjen Perhubungan Laut mengusulkan pembatasan usia kapal yang diimpor pelaku usaha penyeberangan max 10 tahun (Bisnis Indonesia – 6/12/2007).
Sementara minat swasta berupa penambahan kapal untuk lintas penyeberangan komersial sangat tinggi. Sebenarnya tidak hanya ini, pemerintah pusat mendorong swasta dan pemda bekerja sama mendukung PT ASDP untuk menyediakan akses jalan menuju pelabuhan (Bisnis Indonesia – 28/2/2008). Salah satu swasta tersebut adalah PT Dharma Lautan yang telah memperoleh ijin mengoperasikan 1 (satu) kapal roro besar dengan panjang 100 meter (Bisnis Indonesia – 25/7/2008).
PT ASDP tengah memprioritaskan peremajaan armada, agar bisa bersaing dengan perusahaan penyeberangan lain (Bisnis Indonesia – 30/4/2008). Perusahaan ini akan mngoperasikan sebuah kapal roro baru yang ijinnya bersamaan dengan yang diberikan kepada PT Dharma Lautan. Tambahan kapal baru diharapkan bisa mengurangi penumpukan kendaraan yang sering terjadi di Merak (Investor Daily – 12/8/2008).
2.4 Tarif Penyeberangan
Memasuki awal 2008 -- berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan NO. KM. 62/2007 -- tarif penyeberangan feri Merak-Bakauheni naik rata-rata 15 %. Kenaikan ini diberlakukan guna menunjang peralatan keselamatan kapal dan peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa feri (Indo Pos & Investor Daily - 24/12/2007). Kenaikan ini bersamaan dengan 17 lintasan penyeberangan lainnya (Kompas – 27/12/2007).
Tapi tampaknya kenaikan tersebut belum memuaskan PT ASDP. Perusahaan ini mengusulkan penyesuaian tarif pnyeberangan sekitar 20% guna tingkatan layanan kepada pengguna jasa, seiring dengan PT Jasa Raharja – berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 – menaikan premi asuransi transportasi sebesar 20-30% (Bisnis Indonesia & Suara karya – 31/3/2008). Kenaikan ini mulai diperlakukan pukul 00.00 tanggal 11/4 dengan besaran rata-rata kenaikan Rp. 500,- (Suara Pembaruan – 11/8/2008 & Indo Pos – 12/4/2008).
Seiring dengan kenaikan harga BBM, Pemerintah akan menyesuaikan tarif penyeberangan kelas ekonomi, yang saat ini masih di bawah biaya pokok. Idealnya tarif tersebut dapat menutupi biaya pokok sebesar Rp. 470 per mil (Bisnis Indonesia & Kontan – 13/5/2008). Tapi tariff ini belum naik (Investor Daily – 22/5/2008), sehingga pada akhirnya pengusaha penyeberangan minta kenaikan tariff 15% untuk lintas pendek dan 20% lintas panjang (Bisnis Indonesia – 30/5/2008). Setelah sebulan baru terjadi kenaikan, tarif baru yang naik 10,99% mulai diberlakukan pada 3/7. Kenaikan tersebut untuk menutupi kenaikan BBM dan biaya perawatan kapal (Investor Daily, Kompas & Suara Pembaruan – 3/7/2008).
3. Situasi Alam Selat Sunda
3.1 Aktivitas Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau (selanjutnya disebut GAK) yang berlokasi di antara Pulau Sertung dan Pulau Rakata Kecil, Lampung, muncul setelah letusan besar pada 1928 dan mulai tumbuh (setiap bulan sekitar 20 inci) 20 Januari 1930. Kini tingginya sekitar 813 meter dari permukaan laut. Tidak ada yang tahu kapan GAK akan meletus. Prediksi ahli geologi bakal terjadi antara 2015-2083, tapi pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan (Sinar Harapan – 30/6/2008).
GAK adalah satu-satunya gunung api saksi amukan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883. Ketika meletus terlontar 18 kilometer kubik materi vulkanik, asap yang tingginya mencapai 80 km, dan gelombang tsunami setinggi 30 meter sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung. Selain GAK, peninggalan lain adalah Pulau Rakata, Serung dan Panjang (Kompas – 22/6/2008).
GAK telah ditetapkan “siaga” level 3 sejak 26 Oktober 2007, karena mengeluarkan lava dan batu panas yang telah membentuk sungai sepanjang lebih dari 1 km. Akhir Desember 2007 (24-26) mengeluarkan abu yang mengguyur hingga jarak sekitar 50 km. Awal tahun 2008, setelah diselimuti kabut tebal selama 3 hari, tanggal 6/1 pukul 15.40 Wib meletus mengakibatkan ombak besar hingga ketinggian 3 (tiga) meter. Tapi menurut Anton Trimpambudi – Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang – kecil kemungkinannya terjadi gelombang tsunami karena letusan dan kegempaaan vulkanik (berlangsung 3-6 menit) masih mencapai 600 hingga 700 kali dalam sehari (Jurnal Nasional & Kontan – 7/1/2008).
Status siaga level 3 sempat diturunkan ke waspada (level 2), namun sejak 14 April 2008 kembali ke level 3, sehubungan dengan letusan dan gempa vulkanik mulai meningkat lagi (Kontan – 23/4/2008). Pada 22 April dari pukul 06.00-12.00 WIB terekam 244 dentuman yang terjadi 1-2 menit, disertai hamburan abu dan lontaran batuan vulkanik pijar berlangsung 5-15 menit dengan ketinggian 100-500 meter (Koran Tempo – 23/4/2008).
Aktivitas tersebut membuat resah warga di beberapa kecamatan yakni Labuan, Carita, Panimbang dan Sumur, yang khawatir ledakan menimbulkan tsunami. Tapi tidak bagi wisatawan yang masih tetap berdatangan ke Pantai Carita untuk menikmati libur akhir pekan, termasuk empat turis asal Jerman yang melakukan wisata terbang layang di atas GAK (Indo Pos & Media Indonesia – 27/4/2008). Cuaca buruk terjadi selama 5 hari dari 22-27 April, berakibat ombak besar dan angin kencang menerpa perairan Selat Sunda. Tidak ada korban jiwa, tapi puluhan kios yang terbuat dari bambu dan atap rumbia di sepanjang Pantai Anyer, Banten roboh diterjang ombak setinggi 3 m (Kontan – 28/4/2008). Aktivitas GAK pada awal Mei 2008, mengeluarkan kepulan asap berwarna putih kelabu yang disebabkan terjadi peningkatan letusan dan kegempaan hingga mencapai 766-819 kali dengan interval 3-6 menit.
Peningkatan frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik disebabkan terjadi pembesaran lubang kawah baru di kawasan bukit selatan (diameter telah 200-250 m, sebelumnya hanya 150 m). Sehari (3/5) berikutnya terjadi gempa tektonik berkuatan 5,7 skala Richter (SR) dua kali selama 40 detik, tapi tidak mengakibatkan terjadi guncangan karena getarannya sangat kecil (Kontan, Media Indonesia & Sinar Harapan – 5/5/2008). Letusan pada minggu (11/5) malam disertai semburan bola api dan bunyi ledakan keras selama 5 menit hingga terdengar ke pesisir pantai Anyer (Sinar Harapan – 11/5/2008). Frekuensi letusan dan kegempaan mulai menurun menjadi sekitar 900 kali (sebelumnya telah mencapai di atas 1.000 kali. Penurunan ini dikarenakan mengecilnya aktivitas yang terjadi di lubang kawah baru di kawasan bukit selatan gunung (Sinar Harapan – 24 Mei 2008).
Pada Minggu (1/6), GAK kembali mengeluarkan dentuman – sempat terhenti sejak pertengahan Mei – sebanyak 17 kali, yang terdengar hingga Pantai Anyer, Kabupaten Serang dan Carita, Kabupaten Pandeglang. Dentuman ini terjadi karena lubang kawah membesar (Sinar Harapan – 2/6/2008). Intensitas kegempaan kembali meningkat, Minggu (8/6) pukul 00-18 WIB tercatat sebanyak 268 kali, dengan perincian gempa vulkanik A (dangkal) 41 kali, gempa vulkanik B (dalam) 76 kali, letusan 74 kali, tremor 3 kali dan hembusan sebanyak 74 kali. Sehari kemudian untuk jangka waktu yang sama meningkat menjadi 319 kali (Sinar Harapan – 9-10/6/2008). Letusannya kembali berlanjut, sebanyak 15 kali (15/6) -- dibandingkan Jumat (13/6) sebanyak 11 kali – yang disertai sinar api dan semburan material berupa batu kerikil bersuhu 1.500 derajat Celcius yang berbahaya bagi keselamatan manusia (Investor Daily – 16/6/2008). Intensitas kegempaan meningkat lagi (18/6) tercatat sebanyak 721 kali, yakni gempa vulkanik A (dangkal) 218 kali, gempa vulkanik B (dalam) 55 kali, letusan 208 kali, tremor 14 kali dan embusan sebanyak 226 kali (Jurnal Nasional – 18/6/2008 & Sinar Harapan – 19/6/2008).
Pada bulan Juli, status GAK kembali waspada level 2. Namun GAK masih mengeluarkan gas beracun serta material vulkanik berupa bebatuan kerikil yang suhunya mencapai 1.500 derajat Celcius. Letusan dan kegempaan yang terekam pada 13/7 sebanyak 337 kali, yakni vulkanik dalam 28 kali, vulkanik dangkal 118 kali, letusan 65 kali, tremor 38 kali dan embusan 88 kali (Sinar Harapan – 16 Juli 2008).
Tanggal 3 Agustus mengeluarkan asap tebal setiap 5-15 menit sekali (Kompas – 5/8/2008) dan tetap berlanjut hingga sekarang dengan semburan material vulkaniknya. Sudah mulai boleh kembali didekati dari radius 2 km, tapi tidak diperkenankan untuk pendakian (Sinar Harapan – 28/8/2008).
3.1 Gelombang Tinggi
Gelombang tinggi merupakan salah satu gejala alam yang sering terjadi di Selat Sunda. Pada 24-26 Desember 2007, ketinggian ombak di pesisir Selat Sunda mencapai 1,5-2 meter dengan kecepatan angin 14-16 knot mengakibatkan aktivitas penyeberangan Merak-Bakauheni terganggu (Kompas – 29/12/2007).
Tingginya gelombang di perairan Selat Sunda menyebabkan terganggunya jadwal sandar dan keberangkatan kapal penyeberangan. Kondisi ini mengakibatkan kerugian milyaran rupiah bagi para pengusaha angkutan truk dan bus (Suara Karya – 2/1/2008), dikarenakan kapal yang dapat beroperasi 15 kapal dari 27 kapal (Republika – 3/1/2008).
Di bulan berikutnya selama seminggu (3-10/2) terjadi cuaca buruk, hujan lebat, badai, dan gelombang tinggi menyebabkan pelayaran kapal roro menjadi 1 jam lebih lama, sedang 12 kapal cepat tidak dioperasikan dan nelayan tidak melaut (beralih profesi menjadi petani atau buruh bangunan) (Bisnis Indonesia, Jurnal Nasional & Republika – 11/2/2008). Gelombang mulai reda (17/2) membuat arus lintas Sumatera mulai ramai (Bisnis Indonesia – 18/2/2008), tapi 3 hari kemudian (20-21/2) terjadi lagi gelombang setinggi 2-4 meter dengan kecepatan 10-25 knot yang berbahaya bagi perahu nelayan, tongkang, dan kapal roro (Investor Daily – 21/2/2008).
Gelombang setinggi 3-5 meter terjadi pada 25-26/4 menimpa pesisir pantai Selat Sunda dan selatan Banten. Gelombang ini termasuk gelombang siklus tropis, diatndai dengan gumpalan awan, ombak besar dan tiupan angin kencang (Jurnal Nasional -26/4/2008 & Kompas – 27/4/2008).
Gelombang tinggi terjadi di bulan Mei, dengan kisaran tinggi 2-3 meter di perairan Selat Sunda (13/5) (Sinar Harapan – 13/5/2008), 2-3 meter di perairan Barat Lampung hingga Bengkulu (23-25/5) (Jurnal Nasional – 24/5/2008) dan 2-3 meter di Bengkulu hingga Selat Sunda Barat Daya (28-20/5) (Sinar Harapan – 28/5/2008).
Di bulan Juni terjadi gelombamg setinggi 2-3 meter sepanjang 6/6. Sebulan kemudian (27/7) terjadi gelombang setinggi 1,5 meter, namun demikian kapal roro tetap beroperasi (Bisnis Indonesia -28/7/2008). Dua minggu kemudian (12-13/8) terjadi gelombang tinng berkisar 1,25-2 meter, yang berbahaya bagi perahu nelayan, tongkang, dan kapal roro (Sinar Harapan – 12/8/2008).
4. Kawasan Selat Sunda
Kawasan sekitar Selat Sunda (tempat pembangunan JSS) adalah wilayah Banten, Lampung dan Luar Banten & Lampung yang dilhat apa yang akan dibangun bersamaan dengan rencana pembangunan JSS.
4.1 Banten
Setahun terakhir, wilayah Banten -- selain proyek JSS – juga akan membangun proyek-proyek skala mega investasi. Pemkot dan DPRD Cilegon membahas perubahan Perda No. 15 Tahun 2001 tentang RTRW, di mana dirancang perubahan untuk area pengembangan kawasan industri seluas 3.273 ha. Pemkot Cilegon akan membebaskan lahan seluas 250 ha di Ciwandan (Kompas -9/1/2008).
Kawasan Ciwandan dirancang untuk pengembangan infrastruktur. PT Krakatau Bandar Samudera (anak perusahaan PT Krakatau Steel) bekerja sama dengan PT Semen Gresik (Persero) dan PT Pelindo II (Persero) membentuk konsorsium PT Cigading International Bulk Terminal mengembangkan dermaga terminal bongkar muat batubara berkapasitas 5 juta ton senilai Rp. 25 miliar di sisi Teluk Citayur (Bisnis Indonesia – 28/2/2008 & 1/4/2008). Bersamaan ini PT Krakatau Steel juga menjajaki perubahan fungsi Pelabuhan Gigading dari pelabuhan khusus menjadi pelabuhan umum yang diarahkan menggantikan Tanjung Priok dan Kilang Banten Bay – terminal khusus bahan bakar minyak berkapasitas 150.000 barel per hari (Bisnis Indonesia – 31/3/2008 & 17/7/2008). Akan ada perubahan rencana induk untuk mengakomodasi hal tersebut (BIsnis Indonesia – 24/7/2008).
Di Bojonegara, Banten direncanakan pula akan dibangun mega proyek kilang minyak berkapasitas 300 ribu barel senilai US$ 5,6 miliar (Bisnis Indonesia – 12/3/2008). Proyek dengan komposisi kepemilikan National Iranian Oil Refining & Distribution (NIORD) (40%) PT Pertamina (Persero) (40%) dan Petrofied (20%) merupakan perwujudan dari hasil kunjungan Presiden SBY ke Iran. Pemerintah Provinsi Lampung akan mempersiapkan lahan seluas 500 ha (Indo Pos – 13/3/2008 & Kompas 19/3/3008).
Sementara di Maja, Rangkasbitung, Perumnas bekerjasama dengan REI akan mengembangkan lagi Kota Kekerabatan Maja seluas 10.000 ha yang pernah akan dibangun ketika sebelum krismon. Rencananya akan dibangun kawasan terpadu kota baru dengan luas empat kali lebih besar dari Kota Bogor. Proyek jangka panjang mungkin memakan waktu 30 tahun (Kontan -29/7/2008). Pengembangan kawasan akan didukung pembangunan double track untuk kereta api rute BSD-Maja, pembangunan dan peningkatan akses jalan menuju Tol Jakarta-Merak, diharapkan menjadi pemacu pertumbuhan Provinsi Banten (Neraca – 25/9/2008 & Sinar Harapan 27/9/2008).
Tahun ini, Pemprov Banten mulai kembali mengoperasikan kereta api baru Banten Ekspres berkapasitas 1.006 kursi dengan rute Merak-Serang-Jakarta dan sebaliknya. Tiga lintasan lainnya, yakni Rangkasbitung-Labuan, Saketi-Bayah, dan Merak-Ciganding-Anyer Kidul juga diusulkan untuk dibuka kembali (Kompas & Kontan – 23/9/2008)
4.2 Lampung
Pemerintah Provinsi Lampung akan mengembangkan Pelabuhan Srengsem (Bandarlampung) dan Labuhan Maringgai (Lampung Timur) sebagai pelabuhan alternatif untuk mengantisipasi peningkatan arus penumpang dan barang di Pelabuhan Bakauheni, sehubungan dengan dibukanya jalan Lintas Pantai Timur Sumatera (Neraca – 1/8/2008). Pelabuhan Panjang akan dibenahi dengan penataan pemindahaan kapal-kapal pelayaran rakyat ke lokasi lain, dikarenakan ruang dermaga untuk pelayaran antarbenua dan antarpulau semakin sempit (Bisnis Indonesia – 12/6/2008).
Di kegiatan primer selama periode 2007-2015 adalah akan mengembangkan kawasan industri di Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan dan Sribawono, di Lampung Timur (Investor Daily – 14/1/2008).
Di sektor pariwisata di Kalianda, Lampung Selatan, Grup Bakrie akan mengembangkan wahana wisata seluas 350 ha dalam waktu 30 tahun (Bisnis Indonesia, Investor Daily & Kontan – 14/8/2008).
5. Proyek Suramadu
Proyek ini merupakan pembelajaran untuk pengembang Proyek JSS.
Anatomi Jembatan Surabaya-Madura (selanjutnya disebut Suramadu) memiliki total panjang 5.438 meter, meliputi causeway sisi Surabaya 1.458 meter, causeway sisi Madura 1.818 meter, dan bentang tengah panjangnya 2.162 meter. Proyek ini dimulai sejak 20 Agustus 2003, ditargetkan selesai pada 2007, tapi terkendala hingga baru bisa diselesaikan pada 2009 (Republik – 7/7/2008).
Proses pembebasan lahan Suramadu belum tuntas seluruhnya. Tersisa 4% belum bisa diselesaikan. Di sisi Surabaya ada 32 kepala keluarga yang belum mau melepaskan lahannya. Pemerintah akan menerapkan mekanisme Perpres No. 36/2005 untuk mengantisipasi macetnya pembebasan lahan tersebut. Pemerintah telah menyiapkan sekitar Rp. 9 miliar untuk dana konsinyasi bagi lahan tersebut (Bisnis Indonesia – 4/12/2007). Pada Januari 2008 masih menyisakan 15 bangunan yang tersebar di Jalan Tambak, Wedi, Kedinding Lor, dan Kenjeran, yang diharapkan bisa diselesaikan dengan dana Rp. 6-6,5 miliar pada Februari (Investor Daily – 9/1/2008). Di sisi Madura, membutuhkan dukungan Bupati Bangkalan sehubungan dengan belum terbebasnya lahan beberapa ratus meter persegi (Sinar Harapan – 15/6/2008).
Mendekati penyelesaian Suramadu, telah menarik investor untuk mengembangkan kawasan industri baru. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) berminat mengembangkan kawasan industri baru, khususnya yang berada di sisi Madura (200 ha). Pengembangan ini mendesak dilakukan setelah rencana pengembangan kawasan industri di Mojokerto tidak jadi dilakukan dengan alasan tidak layak secara bisnis (Investor Daily – 9/1/2008). PT Lamicitra Nusantara Tbk sedang menyusun tata ruang Madura Industrial Seaport City (Misi) seluas 10.000 ha di Kabupaten Bangkalan. Madura dengan dana Rp. 3 trilyun. Misi didesain sebagai kota industri yang memiliki pelabuhan peti kemas skala internasional sebagai penunjang Tanjung Perak dan Pelabuhan Gresik. Konstruksi tahap awal dimulai pada 2010, yang merupakan bagian empat tahap pembengunannya dengan waktu sekitar tujuh tahun (Bisnis Indonesia – 9/6/2008).
Kemajuan Suramadu terus terlihat. Awal Februari 2008, progress-nya telah mencapai 72,11%. Bagian yang dikerjakan adalah proses penyelesaian main bridge (bentang tengah) dan approach bridge (jembatan penghubung/pendekat) yang tingkat pengerjaannya telah mencapai 67,17%. Juga akses jalan baik dari sisi Surabaya dan sisi Madura terus dikerjakan (Bisnis Indonesia – 4/2/2008). Pada kunjungan Wapres Jusuf Kalla 6/4, kemajuannya telah mencapai 76,27%. Pada pertengahan Juni (13/6) menurut Direktur Jalan dan Jembatan Wilayah Barat Ditjen Bina Marga Departemen PU Hediyanto Hussaini, kemajuannya telah mencapai 82% dan ditargetkan rampung Maret-April 2009 (Investor Daily – 16/6/2008).
Dalam operasionalnya Suramadu akan dijadikan sebagai jalan tol, guna membiayai operasional dan perawatannya. Pemerintah akan menenderkan pengelolaannya dan membentuk badan untuk pengembangan wilayah di sekitar Surabaya dan Madura (Bisnis Indonesia – 9/2/2008). Pengerjaan selesai 74% per 4 Maret 2008 (Investor Daily – 5/3/2008).
Komposisi anggota badan ini merupakan campuran dari pemerintah pusat dan kabupaten/kota yang mencakup kaki-kaki jembatan Suramadu. Badan ini nantinya bisa mengelola dana-dana dari swasta dan pemerintah, yang direalisasikan dalam bentuk pembangunan kawasan industry, real estate dan pariwisata (Investor Daily – 13/5/2008). Pemerintah telah menerbitkan Perpres No. 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (dipimpin langsung oleh Menko Ekuin) yang segera akan diikuti terbentuknya Badan Pelaksana (BP) pengembangan wilayah Suramadu dan tender operasi jembatan told an jalan tol Lingkar Timur. Tugas Badan Pelaksana sangat luas, dari mulai menyusun rencana induk pengembangan wilayah Suramadu, membangun dan mengelola wilayah kaki sekitar 1.200 ha (di Bangkalan 600 ha), termasuk wilayah pelabuhan peti kemas, perumahan industri, dan jalan akses (Bisnis Indonesia – 26/5/2008).
Departemen Perhubungan sedang melakukan studi internal mengenai pengaruh Suramadu terhadap kelangsungan operasional penyeberangan feri di wilayah tersebut yang diharapkan selesai pada akhir 2008 (Bisnis Indonesia - 27/3/2008). Studi ini akan merupakan antisapasi terhadap keluhan penyelenggara penyeberangan. Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau & Pelayaran (Gapasdap) memprediksi jumlah penumpang dan kendaraan di lintas Ujung-Kamal akan anjlok 80%. Saat ini load faktor penyeberangan yang dilayani 8 kapal hanya 50% dari total kapasitas yang diangkut.
Per hari saat ini sekitar 25.000-30.000 penumpang, 9.000-15.000 kendaraan roda dua dan 4.000 kendaraan roda empat (Bisnis Indonesia - 9/4/2008). BUMN PT Indonesia Ferry yang mengoperasikan 2 kapal feri memprediksikan pandapatan perusahaan akan turun 25% (Investor Daily – 15/8/2008). Gapasdap meminta pula kepada pemerintah untuk mengklasifikasi pengguna yang boleh melintasi jembatan dan yang wajib sebagai penumpang feri rute Ujung-Kamal. Para penjalan kaki dan pengguna kendaraan roda dua diklasifikasikan sebagai pengguna feri.
Sedang pengguna jembatan adalah kendaraan angkutan penumpang kecil (penumpangnya terlebih dahulu diturunkan di dermaga agar menggunakan feri) dan kendaraan besar (Investor Daily – 15/5/2008). Sementara menghadapi biaya kenaikan semua komponen seperti BBM, asuransi jiwa, dan jasa pelabuhan, pihak Gapasdap mengusulkan kenaikan tarif penyeberangan Ujung-Kamal rata-rata 28,9%, tapi yang disetujui oleh Pemprov Jatim hanya 15,41% (Bisnis Indonesia – 2/6/2008). Tapi kenaikan ini ditolak oleh masyarakat Madura, alasannya selain menambah tinggi beban hidup masyarakat Madura, juga dikarenakan pada pertengahan 2007 telah ada kenaikan (Jurnal Nasional – 6/6/2008).
Wapres Jusuf Kalla melakukan kunjungan untuk melihat langsung Suramadu baik dari sisi darat dan laut dengan menggunakan helikopter. Wapres memberi tenggat penyelesaian sebelum Pemilu 5 April 2009. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan ke Suramadu dengan KRI dr Soeharso pada 12 Mei 2008, juga mengharapkan jembatan ini bisa rampung pada April 2009 (Jurnal Nasional – 13/5/2008).
Kekurangan dana sebesar Rp. 900 miliar akan dialokasikan anggarannya (Indo Pos & Investor Daily – 7/4/2008). Departemen Pekerjaan Umum akan mngusulkan tambahan dana sebesar US$ 19,84 juta untuk pembangunan gedung pengawas, sistem pencahayaan lampu hias, dan gedung museum (Kompas - 14/6/2008 & Bisnis Indonesia – 16/6/2008). Selain ini menurut Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Depatermen Pekerjaan Umum Djoko Muryanto, biaya pembangunannya bertambah US$ 68 juta akibat perubahan desain fondasi (Koran Tempo – 1/8/2008).
6. Proyek Infrastrktur Luar Negeri
Di Asia, proyek-proyek dalam rangka Trans Asia Highway, satu per satu mulai dibangun dan diselesaikan, kendati tidak lepas dari kendala-kendala. Di September 2007, Pemerintah Malaysia telah menyetujui pembangunan kembali rel kereta api double track sepanjang 330 km yang menghubungkan Ipoh ke Padang Besar setelah empat tahun tertunda. Investasinya senilai 12,5 miliar ringgit Malaysia dan akan tuntas dalam 5 tahun. Proyek ini akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Perlis, Kedah, Penang dan Perak, juga akan menciptakan 108 ribu lowongan, terdiri dari 5.000 staf professional; 12 ribu supervisor, mekanik dan teknisi; 15 ribu operator plant; 16 ribu sopir lori; 60 ribu pekerja kasar (Republik – 24/9/2007).
Akhir 2007, Malaysia dan Thailand meresmikan “jembatan persahabatan” yang terdiri dari dua jalur dan membentang sepanjang 120 km dari Provinsi Narathiwat di Thailand Selatan, menuju Kelantan di Malaysia. Diharapkan dapat meningkatkan kerja sama di wilayah yang kerap panas oleh aksi kekerasan. Penduduk di kedua sisi perbatasan itu terhitung bagian paling miskin dibandingkan wilayah lain di negara masing-masing (Republik – 22/12/2007).
Pemerintah Laos (31/3) meresmikan proyek jalan raya baru (Rute 3) yang menghubungkan negara-negara Asia Tenggara dengan China. Proyek ini merupakan kontribusi bersama. Asian Development Bank (ADB) bersama Thailand dan Cina masing-masing sebesar US$ 30 juta, serta Laos US$ 5 juta. Proyek ini akan menciptakan kesempatan bisnis lebih besar dan menyediakan akses yang lebih mudah untuk layanan sosial bagi masyarakat, serta akan mendongkrak pariwisata di Thailand, Laos dan China (Sinar Harapan – 1/4/2008). Tapi di ujung Asia Tenggara, belum terlalu mulus realisasinya. Rencana pembangunan kereta api cepat (bullet train) yang menghubungkan Malaysia dengan Singapura, dihentikan oleh Malaysia dikarenakan tingginga biaya pembangunan (US$ 2,5 miliar). Proyek ini akan menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura sejauh 325 km, hanya dalam waktu 90 menit.
Pemerintah Malaysia juga meninjau kembali pembangunan jembatan sepanjang 24 km penghubung antara Pulau Penang dengan Pulau Utama. Dana pembangunan jembatan tersebut sekitar 3,5 miliar ringgit Malaysia dan diharapkan bisa selesai pada 2011. Penundaan ini dikarenakan tingginya biaya pembangunan, pembebasan lahan, dan desain (Republik – 24/4/2008).
Pemerintah Cina (1/5) meresmikan jembatan Hangzhou Bay menghubungkan kota perdaqangan Shanghai dengan Kota Ningbo, yang merupakan wilayah industri dan pelabuhan tersibuk. Jembatan sepanjang 36 km merupakan jembatan lintas laut terpanjang di dunia dibangun dengan biaya sebesar 11,8 miliar yuan (US$ 1,7 miliar).
Jembatan yang terdiri dari 6 jalur, mulai dibangun pada 14 November 2003 dan selesai pada 26 Juni 2007. Jembatan ini diharapkan bisa mengatasi kemacetan di kawasan segi riga Shanghai-Hangzhou-Ningbo dan biaya transportasi diharapkan bisa berkurang 40-50 miliar yuan dalam 10 tahun mendatang di kawasan Zhejiang, irit ongkos bahan bakar antara 55-60 miliar yuan, mendongkrak integrasi dan pembangunan di kawasan Delta Sungai Yangtze seluas 100.000 kilometer persegi yang mencakup Shanghai, Zhejiang dan Jiangsu yang dihuni 72,4 juta orang.
Rabu, 06 Mei 2009
Tiang Monorel Bakal Disulap Jadi Busway
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mempertimbangkan untuk mengubah jalur monorel yang saat ini terbengkalai menjadi jalur busway melayang.
Deputi Industri, Perdagangan dan Transportasi DKI Jakarta Soetanto Soehodo mengatakan, alternatif lain untuk tiang monorel yang saat ini terbengkalai yaitu dengan mengubahnya menjadi jalur busway.
Menurutnya, opsi ini merupakan pilihan terbaik karena secara investasi akan lebih murah dan lebih layak dibanding melanjutkan proyek monorel yang kapasitas angkutnya lebih kecil.
Menurut dia, jalur busway melayang justru lebih efisien dibanding jalur sekarang, lantaran jalur khusus busway saat ini masih berbagi dengan pengguna jalan lain. Namun, kata dia, jika akan dijadikan jalur busway maka desain rentang jalurnya harus diperlebar dibanding peruntukan untuk monorel.
"Harus dilakukan kajian ulang. Perhitungan saya, rentangnya harus diperlebar jadi 3-3,5 meter," ungkap dia di Jakarta, Senin (27/4/2009).
Selain mengubahnya menjadi jalur busway, alternatif lainnya yang dapat dipakai yakni mengubah monorel menjadi Light Rapid Transit (LRT), Soetanto menjelaskan, LRT ini semacam Mass Rapid Transit (MRT) namun kapasitasnya lebih kecil dibanding MRT. LRT ini, kata dia, sudah diterapkan dibeberapa negara seperti Tokyo dan Kuala Lumpur. (Neneng Zubaidah/Koran SI/uky)
Posted by AceN SSCI in this page Click Here
Deputi Industri, Perdagangan dan Transportasi DKI Jakarta Soetanto Soehodo mengatakan, alternatif lain untuk tiang monorel yang saat ini terbengkalai yaitu dengan mengubahnya menjadi jalur busway.
Menurutnya, opsi ini merupakan pilihan terbaik karena secara investasi akan lebih murah dan lebih layak dibanding melanjutkan proyek monorel yang kapasitas angkutnya lebih kecil.
Menurut dia, jalur busway melayang justru lebih efisien dibanding jalur sekarang, lantaran jalur khusus busway saat ini masih berbagi dengan pengguna jalan lain. Namun, kata dia, jika akan dijadikan jalur busway maka desain rentang jalurnya harus diperlebar dibanding peruntukan untuk monorel.
"Harus dilakukan kajian ulang. Perhitungan saya, rentangnya harus diperlebar jadi 3-3,5 meter," ungkap dia di Jakarta, Senin (27/4/2009).
Selain mengubahnya menjadi jalur busway, alternatif lainnya yang dapat dipakai yakni mengubah monorel menjadi Light Rapid Transit (LRT), Soetanto menjelaskan, LRT ini semacam Mass Rapid Transit (MRT) namun kapasitasnya lebih kecil dibanding MRT. LRT ini, kata dia, sudah diterapkan dibeberapa negara seperti Tokyo dan Kuala Lumpur. (Neneng Zubaidah/Koran SI/uky)
Posted by AceN SSCI in this page Click Here
Langganan:
Postingan (Atom)